Tuesday, August 15, 2006

Steven Johnson Syndrome

Dulu sempet nyari2 tentang "Steven Johnson Syndrome". Ngga sengaja ketemu di arsip. Syndrome ini ngga seindah namanya. Ini Artikelnya, selamat membaca:

Hanif Musyaffa Tewas Mengenaskan

HANIF Musyaffa (10 bulan), anak semata wayang pasangan Arief Surachman (30)
dan Mia Melani (23) telah pergi untuk selamanya. Hanif pergi di usianya yang
masih sangat muda. Hanya sepuluh bulan, ibunya, Mia, diberi kesempatan untuk
merawat Hanif dan hanya sepuluh bulan pula dia menyaksikan kelincahan,
kelucuan, dan keluguan anak lelakinya itu.

Minggu (18/12), Hanif meninggal dengan keadaan yang sangat mengkhawatirkan.
Seluruh kulit di tubuhnya melepuh seperti terbakar. Mulut, lidah, dan
kelopak matanya pun ikut melepuh, ditambah dengan cairan yang keluar begitu
luka-luka itu terbuka dan mengelupas. Untuk minum dan makan hanya bisa
ditetesi dengan menggunakan kapas."Tubuh Hanif melepuh dan saya hanya bisa
menyaksikan tanpa bisa berbuat apa-apa untuk mengurangi rasa sakit yang
dideritanya," ujar Mia sambil berkaca-kaca.

"Saya tidak tega melihatnya," tambahnya. Tidak terbayang betapa parah rasa
sakit diderita Hanif. Untuk menangis saja dia tidak sanggup. Mengedipkan
mata pun yang keluar hanyalah darah," kata Mia, sambil sesekali berhenti
berkata dan menghela napas panjang

Mia yang beralamat di Jln. Raya Ujungberung No. 228, menceritakan dari awal
kenapa anaknya bisa mengalami hal itu. Awalnya Hanif hanya terserang panas
biasa disertai mencret. "Malam Jumat (9/12-red) Hanif mulai sakit, lalu
dikasih obat panas yang diresepkan oleh dokter pribadi kami," ujarnya.

Setelah diberi obat, suhu tubuh Hanif naik turun. Karena tidak kunjung
membaik, orang tua Hanif lalu membawanya ke rumah sakit atas rujukan dokter
pribadi.

Dokter jaga di salah satu RS Bandung, memberi Hanif obat panas racikan dan
obat mencret sirup. "Di rumah, Hanif diberi obat tetapi malah
kejang-kejang," kata Mia.

Karena khawatir, keluarga membawa kembali Hanif ke dokter semula, yaitu
dokter pribadinya. Dokter pribadi, lanjut Mia, mengganti lagi obat racikan
dari RS dengan empat macam obat baru. Obat panas, antibiotik, obat mencret,
dan obat kejang.

"Malam harinya, Hanif menangis terus dan gelisah. Tiap sepuluh menit sekali
mencret," ujarnya.

Keesokan harinya, sekira pukul 4.30 WIB, mulai muncul bintik-bintik seperti
campak dan mulutnya melepuh seperti sariawan. Mia langsung menelefon dokter
pribadinya untuk memeriksakan Hanif. Dokter mengatakan, Hanif harus dibawa
ke laboratorium untuk pemeriksaan darah, karena dikhawatirkan terserang
demam berdarah atau tifus.

Hasil pemeriksaan laboratorium menyebutkan, Hanif terkena penyakit campak.
"Oleh dokter diberi obat campak dan obat sariawan," kata Mia.

Dokter juga menyarankan Hanif untuk tidak dirawat dan dianjurkan untuk tetap
meminum empat macam obat yang sebelumnya diberikan. Namun, Sabtu (11/12)
siang, keadaan Hanif semakin mengkhawatirkan. Selain tidak bisa makan dan
minum, seluruh badannya mulai melepuh seperti luka bakar. Pihak keluarga
kemudian membawa Hanif ke salah satu RS di Bandung. Hanif langsung diinfus
dan hidungnya diselang untuk saluran makan, sementara dokter jaga RS
memeriksa seluruh tubuh Hanif. Dokter pribadi Hanif kemudian memberi resep
melalui dokter jaga tanpa pemeriksaan terlebih dahulu oleh dokter pribadi.
"Obat tersebut disuntikkan ke Hanif, tapi dokter sendiri tidak datang untuk
memeriksa langsung keadaan Hanif hanya melalui dokter jaga," ujar Mia.

Setelah disuntik keadaan Hanif semakin memburuk, pihak keluarga kemudian
memindahkan Hanif ke RS yang lebih besar dengan fasilitas yang lebih
komplet. Begitu pindah RS, Mia menyebutkan, Hanif langsung diinfus dan
diberi oksigen, karena napasnya semakin sesak. Suster yang menangani Hanif
mengatakan, Hanif mengalami keracunan obat. Setelah melalui pemeriksaan tiga
dokter spesialis (spesialis anak, kulit, dan mata), Hanif diduga terkena
Steven Johnson Syndrome, yaitu alergi atau keracunan terhadap jenis obat
tertentu. Dokter juga menyebutkan kalau paru-paru Hanif sudah mengalami
kerusakan berat akibat keracunan ini.

Mia mengatakan, ketika itu suara Hanif sudah hilang dan kelopak matanya juga
ikut melepuh. Dokter yang menangani Hanif menyebutkan kalau tidak segera
ditangani Hanif bisa mengalami kebutaan.

Sekira enam hari Hanif dirawat di ruang anak, namun keadaannya tidak
membaik. Akhirnya, Sabtu (17/12) malam Hanif masuk ICU dan hanya bertahan
sekira 12 jam, sampai akhirnya Minggu (18/12) pukul 10.45 WIB Hanif
meninggal dunia. Ternyata infeksi yang diderita Hanif sudah menjalar ke otak
dan organ tubuh lainnya. Kalaupun diberi kesempatan hidup, akan mengalami
kecacatan.

Iman Sulaiman (25), paman Hanif mengatakan, pihak keluarga tidak akan
menuntut pihak rumah sakit ataupun dokter yang menangani Hanif. Namun,
sebagai wakil dari pihak keluarga sangat menyayangkan sikap dokter
pribadinya yang terkesan cuci tangan terhadap kejadian tersebut. Iman hanya
mengimbau kepada masyarakat dan tim medis agar jangan sampai terjadi lagi
kasus-kasus serupa. "Cukup Hanif yang menjadi korban," ujarnya.

Lebih lanjut, Iman menjelaskan, kenapa pihaknya tidak berniat menuntut siapa
pun dalam kasus ini. Selama ini, menurut Iman, kasus malapraktik yang
diajukan ke meja hijau tidak pernah tuntas. "Bahkan setelah melalui puluhan
sidang pun tetap menemui jalan buntu," ujarnya. Kejadian ini, lanjut Iman,
merupakan bahan pembelajaran bagi semua orang agar lebih jeli dan teliti
dalam memilih pengobatan yang terbaik terutama bagi anak-anak.

"Steven Johnson Syndrome"

Sementara, menurut dr . Budi Setiabudiwan, dokter spesialis anak di RS Hasan
Sadikin Bandung, Stevens Johnson Syndrome merupakan suatu penyakit sistemik
yang menyerang kulit. Kelainan kulit ini sebagian besar akibat alergi
terhadap satu jenis obat tertentu. "Jika alergi terhadap obat, manifesnya
pada kulit," ujar dokter ahli alergi imunologi ini.

Di tiap negara, tambah Budi, penyebabnya berbeda-beda. Bisa dari antibiotik
atau juga antiepilepsi. Namun, biasanya juga akibat bawaan dari anak.
Terdapat empat jenis alergi yang biasanya terjadi, Eritema Multifome,
Stevens Johnson Syndrome, Overlapping Toxic Epidermo Necolisis dan Steven
Johnson, dan yang terakhir adalah Toxic Epidermo Necolisis. Steven Johnson
adalah alergi tingkat sedang yang selain menyerang kulit juga menyerang
mata, anus, dan alat kelamin.

Budi menjelaskan anak yang terkena sindrom ini kulitnya akan melepuh. Untuk
penanganannya harus dilakukan secepat dan sesegera mungkin. Sebab, lanjut
Budi, jika kulit terkelupas , cairan tubuh akan banyak keluar dan rentan
terjadi infeksi akibat kuman yang masuk. Untuk itu, pasien harus segera
masuk ke ruangan ICU untuk mendapatkan perawatan yang intensif.

Sebetulnya kesalahan pemberian obat, menurut dokter Budi, bukan sepenuhnya
kesalahan dari seorang dokter. Harus ada komunikasi yang baik antara dokter
dengan pasien. "Orang tua harus ditanya terlebih dahulu, apakah anaknya
alergi terhadap satu jenis obat atau tidak?" ujar Budi. Selain itu, dokter
juga harus terus memonitor keadaan pasien terlebih jika diketahui pasien
tersebut menunjukkan gejala alergi terhadap obat tertentu. (CW-7)***

3 comments:

Ni'am said...

serem.......

Pst.Samuel Irwan Santoso,S.Th,MA,M.Th said...

saya juga menderita stevan johnson syndrome stadium 4 malah sempet buta total 3 minggu kemaluan saya jg melepuh dan semua melepuh, saya divonis akan mati kok, simak di www.kesaksiansamuel.blogspot.com atau call di 08125549996, atau www.youtube.com search kesaksian samuel

ifha said...

duuuuhhh... ternyata temenku sekarang juga kena sindrom itu...
semoga bisa disembuhkan...