Sudah sejak di bulan ke-10 Aghna bisa berjalan dengan lancar. Terus terang bikin ngiri...Seberang rumah di usia yg hanya tepaut 2 minggu lebih tua dari Aghna belum bisa berjalan dengan lancar, bahkan untuk berdiri pun blm kuat menopang badannya yang wuiih gendut banget. Kejadian lain pada saat keluarga besar kumpul di cipetir tepat pada saat iedul fitri, ternayata membawa hikmah buat syafik yang usainya juga terpaut 2 bulan dengan aghna. Justru dengan melihat Aghna mampu berjalan dengan PD, putra kedua ambu ini pun perlahan2 mulai mencoba melangkah satu demi satu. Samapi akhirnya ada kepercayaan diri yang muncul dari dirinya. Itulah uniknya anak, setiap yang satu dan yang lainnya akan memiliki perbedaan kemampuan. Bukan suatu keterbelakangan atau kemunduran dari dirinya tapi lebih dari suatu keunikan antara yang satu dengan yang lainnya.
Ada kalanya Aufa malas untuk berangkat ke sekolah. Entah apa sebabnya, bahkan fihak sekolah pun tidak tahu. Yang pasti saat itu sejak liburan pembagian raport, musibah datang, Aufa kena rubella. Tepat 1 minggu sebelum masuk sekolah aufa terserang virus ini. Yang pasti penyembuhan penyakit ini memakan waktu selama 2 minggu. Ketika akan masuk sekolah aufa hanya mau naik ojeg...Ada apa dengan jemputannya???? Syukurlah semua sudah dapat diatasi, bukan karena kami harus mengeluarkan uang yg hampir 200 rb hanya untuk jemputan aja setiap bulannya, tapi karena memang melatih dia agar bisa mandiri, sekolah berangkat sendiri hanya ditemani sebayanya dan seorang supir. Juga sejak Heni tidak kembali bantuin di rumah agak susah kalau aufa sekolah harus diantarkan yanti.
Entah apa yang ada dalam fikiran ini seandainya saja ayah yan lulus ujian haji. Kadang satu sisi mengatakan kalau semua itu adalah untuk beribadah semata atas undangan yang Maha Kuasa. Tapi terkadang satu sisi lain menolak semua itu karena keegoisan pribadi...Bukannya tidak beralasan, tapi mungkin orang-orang yang tahu duduk persoalannya akan menganggukkan kepala dan mengerti dengan semua ini.
Ada kepasrahan yang bisa membuat perasaan ini lega. Tetapi terkadang ada pula perasaan "gedabrutan" (istilahnya Audy) disaat rasa pasrah itu hilang. Sulit untuk menghilangkannya entah sampai kapan gedabrutan ini bisa hilang.
Ada kelucuan saat Aufa belajar surat Al-Ikhlas, dengan tajwid yang bisa bikin tergelak.
Ada keharuan saat Aufa harus menunggu kami pulang kerja untuk berjamaah maghrib.
Ada juga kegemasan kami buat aghna denga segala tingkah lakunya...
No comments:
Post a Comment