Monday, August 28, 2006

mentari pagi-pagi

Sambil nulis, dengerin iradio, jadi tergerak nih hati buat komentar... Siaran jam 8-10, mentari pagi-pagi hari ini tentang perselingkuhan... WOW...

Tapi dari semua ilistener yang jadi orang ketiga hampir semuanya adalah cewe... Sebegitunya kah???? malah dari mulai tadi dengerin, ngga ada tuh yg jadi penyebab perceraian dan atau yang belum ketahuan pasangannya selingkuh gara2 cowo yang jadi orang ketiga. Aneh ngga sih?... Jadi tepatnya topiknya adalah cewe ketiga yang berselingkuh dengan suami seseorang, entah itu cewe masih single ataupun sudah berpasangan.

Yang bikin heran, mereka telp, on air malah kok kayanya ada dengan bangganya menjadi selingkuhan suami orang. Jadi pengen komentar, "KOK LO BANGGA SIH???".. (sorry ya buat yang baca kalo tersinggung).

Jadi inget, sekitar seminggu lalu seseorang ym gw, ngasih tau kalau seseorang yg gw kenal banget melakukan hal spt itu, ya... sepertinya ngga cuma 1 atau 2 orang aja yang mampu berbuat seperti ini. Itu yang gw tau...

Ada sms yang dalem banget dari ilistener "Buat miss Deva semoga nanti, pasangan lo ngga selingkuh sama cewe lain yang lebih...". Tau ngga sih denger sms itu, singkat padat tapi dalem banget... sampe rafik sama antri aja ngga berani ngomong. Secara deva ini selingkuh sama suami yang baru aja akikahan anaknya dan dengan "sopan"-nya dia bilang pas acara kekahan itu juga dia dateng... Muna banget ngga sih???

Diending siaran, diambil kesimpulan semua ilistener dari sms yang masuk ngga ada yang simpati sama Deva. Intinya untuk orang yang normal yang namanya perselingkuhan itu "memalukan..."

Kembali ke sms buat Deva, Ya... percaya atau ngga percaya, yang namanya karma akan selalu ada. Abdullah yang jatuh karena si Munir aja, si Munirnya dibalas jatuh entah didorong siapa...

"Si munir... dia menolak Abdullah,
setelah pulang sekolah dia terjatuh pula
Allah selalu melihat, Allah selalu disana,
Allah selalu melihat, Allah adil sesama"

Sunday, August 27, 2006

Apa yang akan dilakukan kalau jadi FTM?

1. Bangun pagi lebih rajin, secara sekarang kalau bangun pagi males banget (apa karena lagi 12 minggu ya?)

2. Dampingin anak-anak gw, mulai dari persiapan berangkat sekolah sampai mereka ada di rumah kembali

3. Ngurusin bunga sama rumah... (senangnya kalau adenium sedang berbunga seperti sekarang, ada kepuasan tersendiri. Apalagi si "red jubille" lagi siap mekar. yang putih udah mekar duluan, kalau yang lokal sih ngga usah ditanya, berbunga terus dan tahan lama bo...

Ngga nyesel abis re-potting yang ngabisin hampir 1 jt cuma buat beli sekam bakar buat adenium dan euforbia. Tapi gw dari dulu lebih suka adenium ya... itu juga ke godong ijo laki gw yang beli euforbia. sisanya adenium, pasti...

4. Temenin anak-anak gw ngerjain aktivitas..., udah berjalan dari minggu ini... meskipun cuma weekend doang, tapi... asli nikmat banget. Andai gw bisa lakukan itu setiap hari. Apalagi nanti ngga cuma Aufa yang ngerjain aktivitas...

5. Yang pasti bisa ngontrol anak-anak gw, main, makan, dsb pake mata telanjang...

6. Pengen jadi kader posyandu (ceile), kaya mba Heni Nur... sekalian berbagi ilmu untuk menggelindingkan bola salju.

7. Pengen ngajak aufa, aghna sholat maghrib berjamaah di mesjid....
Apalagi nanti Aghna akan shalat Jum'at. Meskipun ayahnya kerja, shalat jum'at bisa bareng Mbah Maryadi atau Pak Iman yang selalu ada di rumah...

8. Pengen lebih rajin lagi melakukan ibadah sunat lainnya, ngga cuma shalat wajib aja..

9. Ingin melakukan semua itu, mengurus semua itu, karena Allah swt... Mengabdikan diri karena Allah, semua itu ibadah gw yang ngga bisa gw rasakan balasannya di dunia ini...

10. Indah sekali semuanya..., semoga bisa diwujudkan... amin... amin....

Jadwal imunisasi

Niat banget, selagi nyantei abis deadline pengen kros cek jadwal imunisasi anak-anakku...
Hasilnya...

Aufa ngga begitu banyak yg meleset,hampir semua sesuai dengan tanggal yang di sehat.

Aghna ada yang meleset banget, HIB bo...; secara dulu memang ngga ikutan milis sehat kita ikutin aja dsa yg ngatur tuh jadwal imunisasi.

Waktu Aufa lahir malah ngga tau apa-apa, ngga punya pengalaman juga tentang imunisasi, ikutin kata dsa, tiap abis imunisasi pasti dikasih tau, nanti bulan depan imunisasi ini ya, bu...

Duh jadi beruntung banget milih nih dsa, padahal dulu juga nebak-nebak dsa di RS Bunda siapa yang cocok. Tapi sekali ketemu langsung ok. Meskipun belakangan beberapa tahun yg lalu setelah pindah ke Depok, denger kabar nih dokter kena masalah ttg imunisasi juga, waktu itu lagi marak ttg malpraktek. Tapi... ngga tau yg bener berita yang mana, cuma yang pasti, beruntung banget dah kenal nih dokter. Secara kalau sakitpun beliau bisa digangguin telp, ngga pelit info meskipun lagi sibuk.

Aghna dipegang sama dsa yang recommended di sebuah milis...
Dengan antrian yg cukup panjang, kalau ngga dateng jam 7 pagi pasti bakal ngantri lama... tapi ya gitu, imunisasi ngga cocok sama ilmu gw... So, pindah dsa buat catch-up. Lucunya, antar dsa ko saling menyalahkan hehehe...

Sekarang, entah siapa yang jadi dsa anak-anak gw... Beruntung kalaupun ke RS cuma buat imunisasi doang, kalau sakit (semoga dijauhkan), sama siapa ya??... Dulu sempat cocok sama 1 dsa, tapi kena larangan praktek 3 tempat, nih dsa ngga praktek lagi di depok. Duh sayang banget...; kalau harus ngejar ke jatinegara ngga deh...

Anak ketiga, tentunya udah disiapin dong.... udah pinteran dari yang dulu hehehe... Masa ikut sehat ngga maju-maju. Iya ngga :P

Tuesday, August 15, 2006

Steven Johnson Syndrome

Dulu sempet nyari2 tentang "Steven Johnson Syndrome". Ngga sengaja ketemu di arsip. Syndrome ini ngga seindah namanya. Ini Artikelnya, selamat membaca:

Hanif Musyaffa Tewas Mengenaskan

HANIF Musyaffa (10 bulan), anak semata wayang pasangan Arief Surachman (30)
dan Mia Melani (23) telah pergi untuk selamanya. Hanif pergi di usianya yang
masih sangat muda. Hanya sepuluh bulan, ibunya, Mia, diberi kesempatan untuk
merawat Hanif dan hanya sepuluh bulan pula dia menyaksikan kelincahan,
kelucuan, dan keluguan anak lelakinya itu.

Minggu (18/12), Hanif meninggal dengan keadaan yang sangat mengkhawatirkan.
Seluruh kulit di tubuhnya melepuh seperti terbakar. Mulut, lidah, dan
kelopak matanya pun ikut melepuh, ditambah dengan cairan yang keluar begitu
luka-luka itu terbuka dan mengelupas. Untuk minum dan makan hanya bisa
ditetesi dengan menggunakan kapas."Tubuh Hanif melepuh dan saya hanya bisa
menyaksikan tanpa bisa berbuat apa-apa untuk mengurangi rasa sakit yang
dideritanya," ujar Mia sambil berkaca-kaca.

"Saya tidak tega melihatnya," tambahnya. Tidak terbayang betapa parah rasa
sakit diderita Hanif. Untuk menangis saja dia tidak sanggup. Mengedipkan
mata pun yang keluar hanyalah darah," kata Mia, sambil sesekali berhenti
berkata dan menghela napas panjang

Mia yang beralamat di Jln. Raya Ujungberung No. 228, menceritakan dari awal
kenapa anaknya bisa mengalami hal itu. Awalnya Hanif hanya terserang panas
biasa disertai mencret. "Malam Jumat (9/12-red) Hanif mulai sakit, lalu
dikasih obat panas yang diresepkan oleh dokter pribadi kami," ujarnya.

Setelah diberi obat, suhu tubuh Hanif naik turun. Karena tidak kunjung
membaik, orang tua Hanif lalu membawanya ke rumah sakit atas rujukan dokter
pribadi.

Dokter jaga di salah satu RS Bandung, memberi Hanif obat panas racikan dan
obat mencret sirup. "Di rumah, Hanif diberi obat tetapi malah
kejang-kejang," kata Mia.

Karena khawatir, keluarga membawa kembali Hanif ke dokter semula, yaitu
dokter pribadinya. Dokter pribadi, lanjut Mia, mengganti lagi obat racikan
dari RS dengan empat macam obat baru. Obat panas, antibiotik, obat mencret,
dan obat kejang.

"Malam harinya, Hanif menangis terus dan gelisah. Tiap sepuluh menit sekali
mencret," ujarnya.

Keesokan harinya, sekira pukul 4.30 WIB, mulai muncul bintik-bintik seperti
campak dan mulutnya melepuh seperti sariawan. Mia langsung menelefon dokter
pribadinya untuk memeriksakan Hanif. Dokter mengatakan, Hanif harus dibawa
ke laboratorium untuk pemeriksaan darah, karena dikhawatirkan terserang
demam berdarah atau tifus.

Hasil pemeriksaan laboratorium menyebutkan, Hanif terkena penyakit campak.
"Oleh dokter diberi obat campak dan obat sariawan," kata Mia.

Dokter juga menyarankan Hanif untuk tidak dirawat dan dianjurkan untuk tetap
meminum empat macam obat yang sebelumnya diberikan. Namun, Sabtu (11/12)
siang, keadaan Hanif semakin mengkhawatirkan. Selain tidak bisa makan dan
minum, seluruh badannya mulai melepuh seperti luka bakar. Pihak keluarga
kemudian membawa Hanif ke salah satu RS di Bandung. Hanif langsung diinfus
dan hidungnya diselang untuk saluran makan, sementara dokter jaga RS
memeriksa seluruh tubuh Hanif. Dokter pribadi Hanif kemudian memberi resep
melalui dokter jaga tanpa pemeriksaan terlebih dahulu oleh dokter pribadi.
"Obat tersebut disuntikkan ke Hanif, tapi dokter sendiri tidak datang untuk
memeriksa langsung keadaan Hanif hanya melalui dokter jaga," ujar Mia.

Setelah disuntik keadaan Hanif semakin memburuk, pihak keluarga kemudian
memindahkan Hanif ke RS yang lebih besar dengan fasilitas yang lebih
komplet. Begitu pindah RS, Mia menyebutkan, Hanif langsung diinfus dan
diberi oksigen, karena napasnya semakin sesak. Suster yang menangani Hanif
mengatakan, Hanif mengalami keracunan obat. Setelah melalui pemeriksaan tiga
dokter spesialis (spesialis anak, kulit, dan mata), Hanif diduga terkena
Steven Johnson Syndrome, yaitu alergi atau keracunan terhadap jenis obat
tertentu. Dokter juga menyebutkan kalau paru-paru Hanif sudah mengalami
kerusakan berat akibat keracunan ini.

Mia mengatakan, ketika itu suara Hanif sudah hilang dan kelopak matanya juga
ikut melepuh. Dokter yang menangani Hanif menyebutkan kalau tidak segera
ditangani Hanif bisa mengalami kebutaan.

Sekira enam hari Hanif dirawat di ruang anak, namun keadaannya tidak
membaik. Akhirnya, Sabtu (17/12) malam Hanif masuk ICU dan hanya bertahan
sekira 12 jam, sampai akhirnya Minggu (18/12) pukul 10.45 WIB Hanif
meninggal dunia. Ternyata infeksi yang diderita Hanif sudah menjalar ke otak
dan organ tubuh lainnya. Kalaupun diberi kesempatan hidup, akan mengalami
kecacatan.

Iman Sulaiman (25), paman Hanif mengatakan, pihak keluarga tidak akan
menuntut pihak rumah sakit ataupun dokter yang menangani Hanif. Namun,
sebagai wakil dari pihak keluarga sangat menyayangkan sikap dokter
pribadinya yang terkesan cuci tangan terhadap kejadian tersebut. Iman hanya
mengimbau kepada masyarakat dan tim medis agar jangan sampai terjadi lagi
kasus-kasus serupa. "Cukup Hanif yang menjadi korban," ujarnya.

Lebih lanjut, Iman menjelaskan, kenapa pihaknya tidak berniat menuntut siapa
pun dalam kasus ini. Selama ini, menurut Iman, kasus malapraktik yang
diajukan ke meja hijau tidak pernah tuntas. "Bahkan setelah melalui puluhan
sidang pun tetap menemui jalan buntu," ujarnya. Kejadian ini, lanjut Iman,
merupakan bahan pembelajaran bagi semua orang agar lebih jeli dan teliti
dalam memilih pengobatan yang terbaik terutama bagi anak-anak.

"Steven Johnson Syndrome"

Sementara, menurut dr . Budi Setiabudiwan, dokter spesialis anak di RS Hasan
Sadikin Bandung, Stevens Johnson Syndrome merupakan suatu penyakit sistemik
yang menyerang kulit. Kelainan kulit ini sebagian besar akibat alergi
terhadap satu jenis obat tertentu. "Jika alergi terhadap obat, manifesnya
pada kulit," ujar dokter ahli alergi imunologi ini.

Di tiap negara, tambah Budi, penyebabnya berbeda-beda. Bisa dari antibiotik
atau juga antiepilepsi. Namun, biasanya juga akibat bawaan dari anak.
Terdapat empat jenis alergi yang biasanya terjadi, Eritema Multifome,
Stevens Johnson Syndrome, Overlapping Toxic Epidermo Necolisis dan Steven
Johnson, dan yang terakhir adalah Toxic Epidermo Necolisis. Steven Johnson
adalah alergi tingkat sedang yang selain menyerang kulit juga menyerang
mata, anus, dan alat kelamin.

Budi menjelaskan anak yang terkena sindrom ini kulitnya akan melepuh. Untuk
penanganannya harus dilakukan secepat dan sesegera mungkin. Sebab, lanjut
Budi, jika kulit terkelupas , cairan tubuh akan banyak keluar dan rentan
terjadi infeksi akibat kuman yang masuk. Untuk itu, pasien harus segera
masuk ke ruangan ICU untuk mendapatkan perawatan yang intensif.

Sebetulnya kesalahan pemberian obat, menurut dokter Budi, bukan sepenuhnya
kesalahan dari seorang dokter. Harus ada komunikasi yang baik antara dokter
dengan pasien. "Orang tua harus ditanya terlebih dahulu, apakah anaknya
alergi terhadap satu jenis obat atau tidak?" ujar Budi. Selain itu, dokter
juga harus terus memonitor keadaan pasien terlebih jika diketahui pasien
tersebut menunjukkan gejala alergi terhadap obat tertentu. (CW-7)***

Novalgin di pagi hari...

Bermula dari pernyataan seorang dsa disebuah milis parents yang menjelaskan tentang demam, dia menyarankan untuk memberikan obat demam seperti, paracetamol, ibuprofen, atau metamizol. Ada ortu lain yang balik bertanya bila ibuprofen sudah dilarang, dsa tsb bilang tidak dilarang kok, malah banyak pabrik lain yg bikin obat mengandung ibuprofen dengan merk dagang yang lain, hanya penggunaannya tidak dianjurkan untuk demam berdarah dan muntah2.

Sepengetahuan gue, buat anak-anak tetep aja yang paling baik tuh paracetamol, bukan ibuprofen, apalagi novalgin. Melihat efek samping dari keduanya. Apalagi, bunda bilang kalau dunia kedokteran bergerak dalam koridor RISK AND BENEFIT dalam ratio untung rugi. Ya... kalau minum obat itu untungnya lebih besar daripada ngga minum obat, ya... konsumsi aja obat itu dengan memperhatikan kemungkinan efek sampingnya, seperti ngobatin TBC.

Kembali ke obat demam, dari ke-3 obat yg disebutin dsa tadi, kalau efek samping dari paracetamol lebih aman dibanding kedua obat lainnya, kenapa juga harus mengkonsumsi ibuprofen apalagi metamizol. Cerita tentang metamizol ini, jadi penasaran mulai search di medicastore soalnya kalau ngga salah ini obat ngga rekomen banget. Search juga di milis... bener aja... banyak sp yang nanggepin.

Mulai dari metamizol/novalgin bisa menyebabkan anemia aplastik, ada yg sharing setelah minum obat ini muka jadi bengkak, obat ini juga bisa menimbulkan agranulositosis yaitu suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah putih sehingga org yang mengalaminya menjadi lebih rentan terhadap infeksi, Novalgin tergolong obat yang terletak di urutan teratas untuk menyebabkan syok anafilaktik ... syok anafilaktik adalah reaksi alergi yang paling berat dimana si pasien sampai mengalami syok, novalgin juga bisa menyebabkan penekanan pada sumsum tulang padahal sumsum tulang kan pabrik pembuat sel-sel darah baik itu sel darah merah, sel darah putih, maupun trombosit dan lainnya. Artinya, pemakaian novalgin bisa menyebabkan anemia aplastik dimana ybs kekurangan semua sel darah tersebut tadi, sampai pada tema nih obat di LN udah ngga dipakai lagi. Nah lho...

So... betapa pentingnya kita cari2 info, ngga harus selalu dicekokin sama dokter, apalagi kalau buat anak2 kita. Be wise and be smart...